ONE DAY NO RICE, Budaya Positif dikota Depok
Manusia
adalah mahluk hidup social yang dimana harus hidup secara berdampingan. Didalam
kehidupan social akan muncul golongan-golongan atau kelompok masyarakat. Karena
sudah menjadi sebuah kelompok atau golongan, kelompok ini akan menciptakan
perubahan-perubahan seperti peraturan,
ciri khas, dan budaya. Seperti yang kita ketahui di Kota Depok,Jawa Barat
pemerintah kota depok mempunyai kegiatan rutin yang cukup unik yang diharapkan
menjadi budaya di Kota Depok, yaitu One Day No Rice.
ODNR atau One Day No Rice sudah
tidak terdengar asing bagi warga Depok dan sekitarnya. Program yang di komandoi
oleh walikota depok itu sendiri sudah menjadi kegiatan warga depok dihari hari. Kegiatan tidak makan
nasi dihari rabu dan mengganti dengan makanan pokok lain ini diharapkan menjadi
budaya masyarakt sekaligus upaya menghemat hasil pangan untuk kebutuhan
sehari-hari.
Untuk lebih jelas dengan One Day No Rice, saya
akan menampilkan artikel yang diposting oleh website resmi kota depok yaitu
depok.go.id, membahas tentang One Day No Rice dalam bahasa inggris, namun saya
sudah translasikan ke bahasa Indonesia.
One Day No Rice in Depok City
Kota Depok mengeluarkan "One
Day No Rice" gerakan sebagai tindak lanjut dari Undang-undang Nomor 7
tahun 1996 Pemerintah tentang makanan dan peraturan pemerintah no. 68 tahun 2002
tentang ketahanan pangan. Gerakan ini juga didasarkan pada Presiden aturan no.
22 tahun 2009 dan Menteri Pertanian aturan no. 43 tahun 2009 tentang percepatan
diversifikasi pangan berbasis pada sumber lokal, dan Surat Gubernur Provinsi
Jawa Barat no. 501/34 / binprod tanggal 15 Juli tentang Beras penurunan
konsumsi gerakan.
Gerakan yang telah menyebabkan pro dan kontra mulai dari surat Depok walikota no. 010/27-um tanggal 10 Februari 2012 yang mengatakan untuk meminta penjual makanan di kota aula kantin tidak menyediakan makanan yang terbuat dari nasi setiap Selasa, tapi menyediakan makanan substitusi seperti kentang, singkong, dan umbi-umbian. Para penjual makanan juga diminta untuk tidak menggunakan lift saat memberikan makanan, membawa makanan dalam wadah tertutup, memilah sampah, dan meminimalkan bahan tepung, seperti surat tertulis.
Satu gerakan Day No Rice merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional, karena konsumsi terbesar masyarakat Indonesia adalah beras. Pemerintah memiliki cumpolsory untuk menjaga stabilitas harga beras untuk membuatnya terjangkau oleh setiap warga negara. Penurunan lahan pertanian tidak diimbangi dengan peningkatan penduduk, apalagi ketersediaan beras menurun, sementara permintaan beras meningkat, menyebabkan harga beras tak terkendali karena beras adalah makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia. Setiap kenaikan beras 10% kontribusi inflasi 5%. Jika harga beras meningkat setiap bulan, dan memberikan kontribusi inflasi 0,5%, bisa mencapai 6 inflasi melebihi laju inflasi nasional, 5. Ini bisa berbahaya karena belum dipengaruhi oleh belum biaya kebutuhan pokok lainnya yang juga memungkinkan inflasi . Inflasi yang tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, tidak aman investor dan menciptakan asumsi negatif pada pedagang yang dapat berdampak pada harga lain dan orang-orang lanjut miskin tidak mampu membayar beras dan kebutuhan lainnya.
Suatu hari ada gerakan beras diharapkan dapat membangun sinergi antara pengelola kantin dan kotamadya sehingga aparat terbiasa gerakan. Aparat pemerintah depok harus menjadi pelopor dan contoh untuk mengurangi konsumsi beras dalam kehidupan sehari-hari, baik di kantor dan rumah mereka karena posisi pejabat pemerintah cukup pusat antara masyarakat, kata walikota. Walikota meminta semua aparat untuk memahami gerakan sehingga mereka dapat bersosialisasi konsumsi beras menurun secara intensif kepada semua orang.
One Day No Rice merupakan salah satu upaya untuk mempercepat diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumber lokal untuk mendorong berbagai, bergizi, seimbang, baik, dan halal pola konsumsi. Kota Depok membuat 5.220 ton beras per tahun, sedangkan konsumsi beras mencapai 186,026.990 ton per tahun. Ini berarti ada defisit sekitar 487 ton pada produksi beras per hari. Jika gerakan bekerja, itu akan mengurangi konsumsi beras sekitar 26.000 ton per tahun. Saat ini, konsumsi beras rata-rata orang Indonesia mencapai 139 kilogram per kapita per tahun, sedangkan konsumsi beras rata-rata dunia hanya 60 kilogram per tahun per kapita.
Gerakan ini memiliki dampak yang sangat positif karena dapat menjaga stabilitas harga beras, mengurangi konsumsi beras dan diikuti dengan peningkatan konsumsi pangan lainnya seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, umbi-umbian, protein dan dapat meningkatkan perilaku masyarakat mengkonsumsi berbagai, bergizi, seimbang, aman, dan makanan halal, kata walikota. Walikota menambahkan bahwa gerakan ini bisa meningkatkan penggunaan sumber lokal, mengurangi ketergantungan pada sumber impor, dan mempertahankan harga kebutuhan pokok lainnya, khususnya makanan.
Nasi adalah makanan yang memiliki kadar glukosa yang tinggi. Jika terlalu banyak dikonsumsi, maka akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah manusia dan dapat menyebabkan risiko diabetes. Di Indonesia sulit untuk mengubah pola pikir orang tentang beras. Ada pepatah Indonesia "kita belum makan jika kita tidak punya beras belum". Indonesia harus menghapus semacam pola pikir dan mulai mengubah hidangan utama dengan biji seperti gandum yang dapat meminimalkan risiko diabetes. Karbohidrat seperti umbi-umbian, jagung, dan singkong adalah karbohidrat kompleks dengan glukosa rendah yang dapat bertahan perasaan penuh lebih dari beras hingga 6 jam. Karbohidrat kompleks dapat disimpan dalam hati dan daging sebagai glicogen (zat sebelum menjadi glukosa berubah). Jika tubuh kekurangan energi, yang glicogen dilindungi akan dipecah menjadi glukosa sebagai sumber energi. Karbohidrat kompleks mengandung lebih sedikit gula serat namun lebih tinggi, sehingga akan memberikan manfaat lebih bagi kesehatan kita.
Walikota Kota Depok yang berhenti mengkonsumsi nasi sejak 5 bulan yang lalu diminta untuk beralih ke makanan umbi-umbian, jagung, singkong, talas dan makanan non-tepung sehingga kita tidak akan tergantung pada beras. Dia diminta untuk membiasakan diri mengkonsumsi non-tepung dan non-beras makanan karena memiliki lebih banyak manfaat bagi kesehatan, makan lebih banyak sayuran, buah dan protein lain untuk menyeimbangkan gizi. "Mari kita melakukan gerakan untuk memberikan contoh untuk tidak mengkonsumsi nasi", kata walikota
Gerakan yang telah menyebabkan pro dan kontra mulai dari surat Depok walikota no. 010/27-um tanggal 10 Februari 2012 yang mengatakan untuk meminta penjual makanan di kota aula kantin tidak menyediakan makanan yang terbuat dari nasi setiap Selasa, tapi menyediakan makanan substitusi seperti kentang, singkong, dan umbi-umbian. Para penjual makanan juga diminta untuk tidak menggunakan lift saat memberikan makanan, membawa makanan dalam wadah tertutup, memilah sampah, dan meminimalkan bahan tepung, seperti surat tertulis.
Satu gerakan Day No Rice merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional, karena konsumsi terbesar masyarakat Indonesia adalah beras. Pemerintah memiliki cumpolsory untuk menjaga stabilitas harga beras untuk membuatnya terjangkau oleh setiap warga negara. Penurunan lahan pertanian tidak diimbangi dengan peningkatan penduduk, apalagi ketersediaan beras menurun, sementara permintaan beras meningkat, menyebabkan harga beras tak terkendali karena beras adalah makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia. Setiap kenaikan beras 10% kontribusi inflasi 5%. Jika harga beras meningkat setiap bulan, dan memberikan kontribusi inflasi 0,5%, bisa mencapai 6 inflasi melebihi laju inflasi nasional, 5. Ini bisa berbahaya karena belum dipengaruhi oleh belum biaya kebutuhan pokok lainnya yang juga memungkinkan inflasi . Inflasi yang tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, tidak aman investor dan menciptakan asumsi negatif pada pedagang yang dapat berdampak pada harga lain dan orang-orang lanjut miskin tidak mampu membayar beras dan kebutuhan lainnya.
Suatu hari ada gerakan beras diharapkan dapat membangun sinergi antara pengelola kantin dan kotamadya sehingga aparat terbiasa gerakan. Aparat pemerintah depok harus menjadi pelopor dan contoh untuk mengurangi konsumsi beras dalam kehidupan sehari-hari, baik di kantor dan rumah mereka karena posisi pejabat pemerintah cukup pusat antara masyarakat, kata walikota. Walikota meminta semua aparat untuk memahami gerakan sehingga mereka dapat bersosialisasi konsumsi beras menurun secara intensif kepada semua orang.
One Day No Rice merupakan salah satu upaya untuk mempercepat diversifikasi konsumsi pangan berbasis sumber lokal untuk mendorong berbagai, bergizi, seimbang, baik, dan halal pola konsumsi. Kota Depok membuat 5.220 ton beras per tahun, sedangkan konsumsi beras mencapai 186,026.990 ton per tahun. Ini berarti ada defisit sekitar 487 ton pada produksi beras per hari. Jika gerakan bekerja, itu akan mengurangi konsumsi beras sekitar 26.000 ton per tahun. Saat ini, konsumsi beras rata-rata orang Indonesia mencapai 139 kilogram per kapita per tahun, sedangkan konsumsi beras rata-rata dunia hanya 60 kilogram per tahun per kapita.
Gerakan ini memiliki dampak yang sangat positif karena dapat menjaga stabilitas harga beras, mengurangi konsumsi beras dan diikuti dengan peningkatan konsumsi pangan lainnya seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, umbi-umbian, protein dan dapat meningkatkan perilaku masyarakat mengkonsumsi berbagai, bergizi, seimbang, aman, dan makanan halal, kata walikota. Walikota menambahkan bahwa gerakan ini bisa meningkatkan penggunaan sumber lokal, mengurangi ketergantungan pada sumber impor, dan mempertahankan harga kebutuhan pokok lainnya, khususnya makanan.
Nasi adalah makanan yang memiliki kadar glukosa yang tinggi. Jika terlalu banyak dikonsumsi, maka akan meningkatkan kadar glukosa dalam darah manusia dan dapat menyebabkan risiko diabetes. Di Indonesia sulit untuk mengubah pola pikir orang tentang beras. Ada pepatah Indonesia "kita belum makan jika kita tidak punya beras belum". Indonesia harus menghapus semacam pola pikir dan mulai mengubah hidangan utama dengan biji seperti gandum yang dapat meminimalkan risiko diabetes. Karbohidrat seperti umbi-umbian, jagung, dan singkong adalah karbohidrat kompleks dengan glukosa rendah yang dapat bertahan perasaan penuh lebih dari beras hingga 6 jam. Karbohidrat kompleks dapat disimpan dalam hati dan daging sebagai glicogen (zat sebelum menjadi glukosa berubah). Jika tubuh kekurangan energi, yang glicogen dilindungi akan dipecah menjadi glukosa sebagai sumber energi. Karbohidrat kompleks mengandung lebih sedikit gula serat namun lebih tinggi, sehingga akan memberikan manfaat lebih bagi kesehatan kita.
Walikota Kota Depok yang berhenti mengkonsumsi nasi sejak 5 bulan yang lalu diminta untuk beralih ke makanan umbi-umbian, jagung, singkong, talas dan makanan non-tepung sehingga kita tidak akan tergantung pada beras. Dia diminta untuk membiasakan diri mengkonsumsi non-tepung dan non-beras makanan karena memiliki lebih banyak manfaat bagi kesehatan, makan lebih banyak sayuran, buah dan protein lain untuk menyeimbangkan gizi. "Mari kita melakukan gerakan untuk memberikan contoh untuk tidak mengkonsumsi nasi", kata walikota
Itu dia cuplikan dari artikel yang disunting oleh website depok.go.id tentang ODNR. Karena tema kali ini tentang manusia dan kebudayaan, saya akan memberikan opini saya tentang One Day No Rice sebagai wujud budaya positif yang akan berkembang di kota depok.
OPINI
ODNR
atau One Day No Rice tidak semua kalangan menyetujui kegiatan ini, masih banyak
yang keberatan tentang dilaksanakannya kegiatan ini. Bahkan dikantin-kantin
sekolahan yang sudah dihimbau pemerintah kota depok untuk hari selasa harus
menjual makanan Non nasi, tapi kenyataannya masih banyak juga yang masih
berjualan nasi. Menurut saya jika sesuatu ingin dijadikan sebuah budaya
haruslah didukung penuh oleh semua manusia yang bersangkutan atau hidup
diwilayah Itu. Menurut saya jika ODNR dijadikan Budaya yang paten di kota depok
, kota depok akan memiliki budaya yang unik. ODNR juga memiliki banyak nilai
positif, mulai dari menghemat pangan, biaya, dan juga kesehatan. Saya sebagai
manusia yang tinggal diwilayah depok sangat mendukung upaya pemerintah melalui
kegiatan ODNR. Sekarang juga sedang tenar “Nasi Jagung” , yang dimana bisa menggantikan
nasi pokok saat ODNR, rasanya juga enak dan membuat kenyang. Tak ada salahnya
kita mencoba hidup sehat dengan mengikuti tren budaya One Day No Rice ini kan?
KESIMPULAN
ODNR
atau One Day No Rice, adalah suatu kegiatan tidak makan nasi dihari Rabu yang
diselenggarakan dikota Depok, yang merupakan salah satu budaya positif yang
bisa dicontoh oleh kota-kota lainnya di Indonesia. Budaya ini tidak akan
berjalan dan tidak akan menjadi sebuah budaya jika masyarakat tidak ikut serta
dalam kegiatan ini. Budaya yang positif dan bisa membuat kita hidup sehat,
hemat pangan dan biaya. Tugas kita sebagai masyarakat ialah mendukung agar
kegiatan ini menjadi budaya yang paten dan dapat menghasilkan hasil yang
positif dihari mendatang.
Penulis
Rendytio Arifian P.
59414055
Referensi
Referensi Gambar
http://sp.beritasatu.com/media/images/original/20140829085850130.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5aKxZKEQ3NremyrhrNwxwd244CYCkAJfXsmpHF25tPbyvvjpIl6YXrteWYxaacYbPcGt98pK_rkxL3V40kdVaqn_m8I2sGrt90m9ob0Y7QvhWZvefi0bd4h8Un1gEvzWlO_nvsco68MU/s1600/One+day+no+rice+%281%29.jpg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar