BAHASA
INDONESIA 2
BERPIKIR
INDUKTIF
Disusun
oleh:
Kelompok
2 [2IA01]
A.
A. GDE A. ADITYA PRATA 50414002
MUHAMMAT
AMIR MUNAJAD 57414612
RENDYTIO
ARIFIAN P 59414055
RIZKA
FEBRILA SARI 59414588
SINGGIH
AJI PRASETYO 5A414293
TEKNIK
INFORMATIKA
UNIVERSITAS
GUNADARMA
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang akan membahas lebih
jauh mengenai penalaran induktif dan lain-lainnya. Makalah ini dibuat
guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia 2.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ariyanto selaku dosen mata
kuliah Bahasa Indonesia 2 sekaligus pembimbing materi. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.
Depok,
09 Maret 2016
Penyusun
DAFTAR
ISI
Kata
pengantar ................................................................................................................ii
Daftar
isi ..........................................................................................................................iii
Bab
I: Pendahuluan
1.1.
Latar Belakang .............................................................................................................1
1.2.
Rumusan Masalah .........................................................................................................1
1.3.
Tujuan Penulisan ...........................................................................................................1
1.4.
Manfaat Penulisan .........................................................................................................2
Bab
II: Landasan Teori
2.1.
Penalaran Induktif .........................................................................................................3
2.2.
Generalisasi ..................................................................................................................3
2.3.
Hipotesis & Teori .........................................................................................................4
2.4.
Analogi .........................................................................................................................4
2.5.
Hubungan Kausal ..........................................................................................................4
2.6.
Induksi dalam Eksposisi .................................................................................................5
Bab
III: Pembahasan .........................................................................................................6
Bab
IV: Penutup ...............................................................................................................17
4.1.
Kesimpulan ..................................................................................................................17
4.2.
Saran ...........................................................................................................................17
Daftar
Pusataka ...............................................................................................................18
BAB
I
PENDAHULUAN
-
Latar
Belakang
Bahasa
Indonsesia merupakan identitas Bangsa Indonesia, semua lapisan
masyarakat Bangsa Indonesia wajib mempelajari Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia dijadikan alat pemersatu Bangsa Indonesia. Dalam
Bahasa Indonesia banyak komponen yang menjadikan proses berbahasa
Indonesia yang baik dan benar.
Dalam
proses berbahasa Indonesia diperlukan penalaran. Penalaran muncul
dari proses berkembangnya pemikiran manusia. Penalaran
adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera
(observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
Penalaran yang dibutuhkan salah satunya adalah penalaran induktif.
-
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini, antara
lain:
-
Apakah
yang dimaksud dengan penalaran induktif?
-
Apa
jenis-jenis penalaran induktif?
-
Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mengetahui cara berpikir induktif dan
jenis-jenisnya.
-
Manfaat
Penulisan
Manfaat
dari penulisan ini adalah:
BAB
II
LANDASAN
TEORI
-
Penalaran
Induktif
Induksi
adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari satu atau sejumlah
fenomena individual untuk menurunkan suatu kesimpulan (inferensi).
Proses penalaran ini mulai bergerak dari penelitian dan evaluasi atas
fenomena – fenomena yang ada. Karena semua fenomena harus diteliti
dan dievaluasi terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh ke proses
penalaran induktif, maka proses penalaran itu juga disebut sebagai
suatu corak berpikir yang ilmiah. Namun induksi sendiri tak akan
banyak manfaatnya kalau tidak diikuti oleh proses berpikir yang
kedua, yaitu deduksi.
Berpikir
induktif merupakan suatu pemikiran yang bergerak dari premis spesifik
ke konklusi umum atau generalisasi. Observasi dan pengalaman
digunakan untuk mendukung generalisasi. Premisnya tidak menjadi dasar
untuk kebenaran konklusi, tetapi memberikan sejumlah dukungan untuk
konklusinya. Konklusi induktif jauh melampaui apa yang ada pada
premisnya.
-
Generalisasi
Generalisasi
ialah proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang
mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat
umum. Dari beberapa gejala dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa
"Lulusan sekolah A pintar-pintar." Hal ini dapat kita
simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan
gambaran seperti itu.
-
Hipotesis
& Teori
Hipotesis
adalah suatu perumusan sementara mengenai suatu hal yang dibuat untuk
menjelaskan hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat
menuntun/mengarahkan penyelidikan selanjutnya.
Teori
adalah hasil penalaran logik terhadap suatu fenomena atau realitas
tertentu yang dirangkum menjadi suatu konsep gagasan, pandangan,
sikap, dan atau cara-cara yang pada dasarnya menguraikan nilai-nilai
dan tujuan tertentu yang teraktualisasi dalam proses hubungan
situasional, hubungan kondisional, atau hubungan fungsional diantara
hal-hal yang terekam dari fenomena atau realitas tersebut; dan hasil
penalaran tersebut dapat diterima khalayak sebagai suatu disiplin
ilmu.
-
Analogi
Analogi
adalah suatu bentuk kias persamaan atau perbandingan dua atau lebih
objek yang berlainan, misalnya manusia dan semut, malaikat dan
manusia. Kedua objek tersebut dicari persamaannya (bukan
perbedaannya). Pengungkapan secara garis besar analogi dapat
dibedakan atas:
-
Hubungan
Kausal
Hubungan
Kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Misalnya, tombol
ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam
kehidupan sehari-hari, hubungan kausal sering kita temukan. Hujan
turun dan jalan-jalan becek, ia kena kanker jantung dan meninggal
dunia.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal, terdapat tiga hubungan
antarmasalah, yaitu sebab-akibat, akibat-sebab dan akibat-akibat.
-
Induksi
dalam Eksposisi
Eksposisi
adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang
dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan
pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan
ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan
memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk
memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau
statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya
berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian
lazim disebut paparan proses.
BAB
III
PEMBAHASAN
Setiap
argumen induktif tidak dapat dikatakan sahih atau tidak sahih, tetapi
lebih baik atau kurang baik, bergantung pada berapa tinggi derajat
probabilitasnya (kebolehjadian) yang diberikan premis pada
simpulannya. Semakin tinggi probabilitas simpulannya semakin baik
argumen induktif yang bersangkutan, begitu pula sebaliknya, dan
simpulannya tidak mungkin mengandung kepastian mutlak. Konklusi
induktif tidak akan pernah terbukti benar kecuali bila meneliti semua
premis khususnya.
Pengertian
fenomena – fenomena individual sebagai landasan penalaran induktif
harus diartikan pertama – tama sebagai data – data maupun sebagai
pernyataan – pernyataan (proposisi – proposisi). Proses Penalaran
yang induktif dapat dibedakan lagi atas bermacam – macam variasi
yang berturut – turut akan dikemukakakan dalam bagian – bagian
berikut yaitu; generalisasi, hipotese & teori, analogi, hubungan
kausal, induksi dalam metode eksposisi.
Contoh
Generalisasi:
Jika
dipanaskan, besi memuai.
Jika
dipanaskan, tembaga memuai.
Jika
dipanaskan, emas memuai.
Jadi,
jika dipanaskan, logam memuai.
Sahih
atau tidak sahihnya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari
hal-hal yang berikut.
-
Data
itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak data yang dipaparkan,
makin sahih simpulan yang diperoleh.
-
Data
itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan
dihasilkan simpulan yang sahih.
-
Pengecualian
perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus
tidak dapat dijadikan data.
Untuk
membuat generalisasi harus memenuhi ketentuan berikut.
-
Cukup
Memadai
Artinya
gejala-gejala khusus/sampel yang diamati sebagai dasar penarikan
kesimpulan mencukupi jumlahnya. Apabila jumlahnya tidak memadai, maka
generalisasi itu akan menjadi terlalu luas. Gejala yang diamati perlu
dilihat jenisnya; apakah homogen atau heterogen. Sampel untuk gejala
yang bersifat homogen tidak perlu terlalu banyak, misalnya untuk
menguji produksi minyak goreng dalam suatu hari, cukup diteliti
beberapa gram saja. Sebaliknya, semakin heterogen suatu populasi
semakin banyak sampel yang perlu diteliti.
-
Cukup
Mewakili
Artinya
sampel meliputi seluruh atau sebagian yang dikenai generalisasi atau
sampelnya mewakili populasi, misalnya di suatu fakultas yang terdiri
atas program studi, terdapat 16 kelas yang terdiri atas tingkat 1, 2,
3, 4. Sampel yang mewakili haruslah diambil dari keseluruhan kelas
yang ada.
-
Kekecualian
Jika
kesimpulan umum terlalu banyak kekecualian, maka tidak dapat diambil
generalisasi. Dalam hal ini, hindari kata-kata setiap, semua; gunakan
kata cenderung, pada umumnya, rata-rata, pada mayoritas yang
diteliti, dan sebagainya. Jika menggunakan bahasa kuantitatif
langsung saja menyatakan prosentase data yang diteliti.
Berikut
syarat-syarat generalisasi ilmiah yang lebih mementingkan keabsahan
metode yang digunakan, yaitu:
-
Data
dikumpulkan melalui observasi yang cermat, pencatatan dilakukan
dengan tepat, teliti, menyeluruh dan terbuka terhadap pengujian
lain.
-
Menggunakan
instrument yang tepat untuk mengukur dan mendapatkan data.
-
Melaksanakan
pengujian, perbandingan, dan klasifikasi data.
-
Pernyataan
generalisasi jelas, sederhana, menyeluruh, padat dan sistematis.
-
Hasil
observasi dirumuskan dengan mempertimbangkan variasi waktu, tempat,
dan keadaan lainnya.
-
Dipublikasikan
untuk dapat diuji, dikritik, dan dites.
Proses
penarikan kesimpulan generalisasi disebut generalisasi juga, jadi
generalisasi adalah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagian
besar gejala yang diamati. Suatu generalisasi mencakup ciri-ciri umum
yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan,
generalisasi perlu ditunjang pembuktian dengan fakta, contoh-contoh,
data statistik, dan sebagainya yang merupakan spesifikasi atau ciri
khusus.
Contoh:
Gempa
di Aceh 26 Desember 2004 yang berkekuatan 9 skala Rigter itu
menimbulkan kurban jiwa yang terus berjatuhan hingga 31 Desember 2004
di Srilanka 28.508 orang, India 10.736 orang, Thailand 4.500 orang,
dan di Aceh 79.940 dan cenderung bertambah. Selain itu, hingga 2
Januari 2005, sekalipun belum ada angka pasti, kurban menderita sakit
berat dan cacat tubuh yang diakibatkan oleh gempa dan gelombang
Tsunami yang sangat dahsyat itu di Aceh dapat diperkirakan cukup
besar. Korban harta benda, termasuk rumah tinggal yang luluh lantak
dengan tanah dan sebagian terbawa gelombang air laut tersebut
diperkirakan mencapai belasan triliyun rupiah. Kurban
gempa di Aceh ini merupakan yang terbesar di dunia.
Bagian
yang dicetak miring merupakan kesimpulan generalisasi. Generalisasi
itu didukung dengan detail awal yang disusun secara logis menujut
generalisasi dan ungkapan pendukung.
Ungkapan
generalisasi:
terbesar,
ter… tidak pernah
paling
besar, pada umumnya
semua,
setiap secara keseluruhan,
Ungkapan
pendukung:
cenderung, pada
galibnya,
pada
umumnya selalu,
sebagian
besar, dukungan kuantitatif (angka)
Perlu
diperhatikan bahwa bukti-bukti atau rincian penunjang harus relevan
dengan generalisasi yang
dikemukakan. Paragraf yang mencatumkan penunjang yang tidak relevan
dipandang tidak logis.
Generalisasi
yang mengemukakan fakta disebut generalisasi. Faktual atau opini.
Generalisasi faktual lebih mudah diyakini oleh pembaca daripada
generalisasi yang berupa pendapat atau penilaian. Fakta mudah
dibuktikan, mudah diuji kebenarannya, sedangkan opini atau penilaian
sulit dibuktikan atau diuji. Perhatikan pernyataan-pernyataan
berikut:
-
a.
Kependudukan merupakan masalah pokok dunia
b.
Baginya masalah itu terlalu remeh
-
a.
Guru adalah tenaga kependidikan
b.
Sudah selayaknya guru di soroti masyarakat
Dengan
segera kita dapat diketahui bahwa
pernyataan-pernyataan a mengemukakan
fakta sedangkan b mengemukakan
penilaian/pendapat.
Generalisasi
dapat berupa pokok pembicaraan, seperti geografi, sastra/seni,
teknologi, bangsa, negara dan sebagainya. Dalam paragraf,
generalisasi itu dapat diletakkan pada bagian awal atau akhir.
Selanjutnya,
hipotesis merupakan suatu dugaan yang bersifat sementara mengenai
sebab –sebab atau relasi antara fenomena – fenomena, sedangkan
teori merupakan hipotese yang telah di uji dan yang dapat diterapkan
pada fenomena – fenomena yang relevan atau sejenis.
Dengan
demikian, walaupun hipotese merupakan cara yang baik untuk
mempertalikan fakta –fakta tertentu, suatu waktu hipotese itu dapat
ditolak karena fakta – fakta baru yang dijumpai bertentangan atau
tidak lagi menunjang hipotese tadi. Sebab itu persoalan yang dihadapi
adalah bagaimana merumuskan sebuah hipotese yang kuat. Untuk
merumuskan sebuah hipotese yang baik perhatian beberapa ketentuan
berikut:
-
Secara
maksimal memperhitungkan semua evidensi yang ada; semakin banyak
evidensi yang digunakan, semakin kuat hipotese yang diajukan (ciri
kuantitatif).
-
Bila
tidak ada alasan – alasan lain, maka antara dia hipotese yang
tidak mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotese yang sederhana
daripada yang rumit. Bila menghadapi seorang mahasiswa yang tidak
lulus ujian, apakah harus mengatakan bahwa ia tidak lulus karena
tidak belajar dan tidak menguasai pelajarannya, atau karena para
dosen menaruh sentiment terhadapnya sehingga member nilai yang
menjatuhkannya?
-
Sebuah
hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman
manusia walaupun mungkin fakta – faktanya meyakinkan
(prinsipkohorensi).
-
Hipotese
juga harus menjelaskan fakta – fakta lain sejenis yang belum di
selidiki.
Penarikan
kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta-fakta khusus menuju
pada kesimpulan yang bersifat umum. Artinya, tidak dimulai dari teori
yang bersifat umum, tetapi dimulai dari fakta atau data khusus
berdasarkan pengamatan di lapangan atau pengalaman empiris. Data atau
fakta ini disusun, diolah, dikaji, untuk kemudian ditarik maknanya
dalam bentuk pernyataan atau kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Kini,
banyak beredar motor-motor produksi Cina, Taiwan, dan Jepang. Dari
ketiga produsen tersebut, manakah yang paling diminati masyarakat
Jakarta? Untuk menjawabnya, ada beberapa kemungkinan yang dapat
dihipotesiskan, yaitu:
-
Warga
Jakarta lebih menyukai produk dari Cina daripada Jepang.
-
Warga
Jakarta lebih menyukai produk dari Jepang daripada Taiwan.
-
Warga
Jakarta lebih menyukai produk dari Taiwan daripada Cina.
Untuk
mengkaji hipotesis yang paling tepat, tidak mungkin teori atau
argumentasi teoritis yang dikaji karena hal ini memerlukan pengamatan
langsung. Data hasil pengamatan ini lalu dihitung dan diuji untuk
memperoleh kesimpulan umum mengenai motor-motor yang paling diminati
warga Jakarta. Kesimpulan ini semata-mata hanya didasarkan pada hasil
analisis data tanpa didukung oleh penalaran teoritis. Demikian pula,
hipotesis-hipotesisnya tidak diturunkan dari teori.
Analogi
sederhana
-
Mudah
dipahami karena mencari persamaan dua objek yang tidak menuntut
penjelasan fakta secara mendalam dan sudah lazim diketahui.
-
Mencari
persamaan dua objek berdasarkan salah satu dari objek tersebut yang
sudah diketahui
-
Contoh
: Gadis
itu bagaikan bunga mawar di kelas kami.
Analogi
yang berupa kiasan
-
Sulit
dipahami karena bersifat subjektif dan berdasarkan situasi
pembicaraan yang sedang berlangsung.
-
Mencari
persamaan dengan menggunakan ungkapan atau kiasan.
-
Contoh
: Daya
pikir mahasiswa itu tajam. Kata tajam tidak dapat diukur secara
objektif (empirik).
Analogi
deklaratif
-
Menjelaskan
suatu objek yang belum dikenal berdasarkan persamaannya dengan objek
yang sudah dikenal.
-
Tidak
menghasilkan kesimpulan.
-
Tidak
memberikan pengetahuan baru.
-
Kata-kata
yang digunakan dalam analogi deklaratif : ialah, bagaikan, laksana,
seperti, bagai.
-
Se...
(kata keadaan, misalnya “seindah”).
-
Contoh:
Ia
berdiri di depanku dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan
Batara Kala yang sedang marah. Lalu, sambil meletakkan pistol dari
tangan tangan kirinya di meja, seperti siap tembak musuh, ia memukul
meja di hadapannya, sambil berteriak tak terkendali. Suaranya
menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua orang
yang hadir terdiam dan mengurut seperti bekicot disiram garam.
Analogi
Induktif
-
Menjelaskan
suatu objek yang dapat memberikan pengetahuan baru, berdasarkan
persamaan ciri utama (esensial) dengan objek yang sudah dikenal.
-
Menghasilkan
suatu kesimpulan induktif yang khusus (bukan generalisasi), seperti:
pengetahuan baru, tindakan baru, atau pengetahuan baru berdasarkan
ciri dasar (utama) atas objek lama terhadap fakta baru.
-
Kesimpulan
dapat dijadikan dasar pengetahuan bagi objek lain, berdasarkan
persamaan ciri.
-
Proses
menggunakan kesamaan sifat objek pertama yang sudah dikenal
ciri-cirinya untuk menerangkan ciri-ciri objek kedua, dan
menyimpulkannya secara indukktif.
-
Kata-kata
yang sering digunakan: maka,dengan demikian, dengan begitu.
-
Contoh:
Pada
pertengahan Juli 1981, saya pergi ke kampus London University untuk
mengikuti kuliah pagi. Masih ada waktu 30 menit untuk mengikuti
kuliah tersebut maka saya dapat berjalan santai sambil menikmati
musim panas yang masih terasa sejuk.Di depan kampus, tiba-tiba saya
mendengar “Halo Indonesia.” Saya menengok ke arah suara, sambil
bertanya “How do you know?”, mereka bertiga menjawab dalam bahasa
Indonesia, “Mudah saja. Walaupun Anda tampak seperti orang
Philipine, jalan Anda persis orang Indonesia, santai!” dengan
pengalaman itu, saya perlu mengubah jalan saya. Walaupun tidaksecepat
orang Inggris atau Eropa pada umumnya, saya harus membiasakan
berjalan seperti mereka. Mereka benar. Orang berjalan santai berisiko
dicopet, dipalak, atau sejenisnya oleh orang yang akan memanfaatkan
kelengahan orang lain. Tegasnya, saya harus berjalancepat seperti
orang Eropa.
Sepintas
kesimpulan analogi menyerupai generalisasi. Akan tetapi generalisasi
lebih bersifat umum, dan analogi bersifat khusus.
Sebab-Akibat
Sebab-akibat
ini berpola A menyebabkan B. Di samping hubungan ini, dapat pula
berpola A menyebabkan B, C,dan D, dan seterusnya. Jadi, efek dari
satu peristiwa yang dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
Dalam
kaitannya dengan hubungan kausal diperlukan kemampuan penalaran
seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat
pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang
nyata. Kalau kita melihat sebiji buah manga jatuh dari batangnya,
kita akan memprakirakan beberapa kemungkinan penyebabnya, Mungkin
manga itu ditimpa hujan, dihempas angin, atau dilempari oleh
anak-anak.Pastilah salah satu kemungkinan itu yang menjadi
penyebabnya.
Andai
kata anginya tiba-tiba bertiup (A), dan hujan yang tiba-tiba turun
(B), ternyata kita dapat menyimpulkan bahwa jatuhnya buah manga
disebabkan oleh lemparan anak-anak(C). Pola seperti itu dapat kita
lihat pada rancangan berikut ini.
Angin hujan lemparan manga
jatuh
A B C D
Angin hujan manga
tidak jatuh
A B D
Oleh
sebab itu, lemparan anak menyebabkan manga jatuh.
C D
Akibat-Sebab
Akibat-Sebab
ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter.
Ke
Dokter merupakan
akibat dan sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimem. Akan
tetapi, dalam penalaran jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab
merupakan simpulan.
Akibat-Akibat
Akibat-Akibat
adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa
“akibat” langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain.
Contohnya adalah sebagai berikut..
Ketika
pulang dari pasar. Ibu Sonya melihat tanah halamannya becek. Ibu
langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti
basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu hujan.
Pola itu dapat dilihat seperti berikut ini.
Hujan
menyebabkan tanah becek.
(A)
(B)
Hujan
menyebabkan kain jemuran basah.
(A)
(C)
Dalam
perosen penalaran “akibat-akibat”, peristiwa tanah becek (B)
merupakan data, dan peristiwa kain jemuran basah (C) merupakan
simpulan.
Jadi,
karena
tanah becek, pasti kain jemuran basah.
Pada
tulisan ekspositoris fakta-fakta diajukan secukupnya untuk mengadakan
konkritisasi atas inti persoalan yang dikemukakan, sehingga para
pembaca mengetahui bukan hanya persoalannya tetapi juga beberapa
landasan yang menunjang inti persoalan. Sebaliknya pada argumentasi
fakta-fakta dipergunakan sebagai evidensi, yaitu sebagai alat
pembuktian kebenaran dari persoalan yang dikemukakan. Oleh sebab itu,
cara penggunaanya, penyajiannya, jumlah perincian yang disajikan
haruslah sedemikian rupa, sehingga para pembaca diyakinkan mengenai
kebenaran permasalahannya.
Langkah
menyusun eksposisi:
-
Menentukan
topik/tema
-
Menetapkan
tujuan
-
Mengumpulkan
data dari berbagai sumber
-
Menyusun
kerangka karangan sesuai topik yang dipilih
-
Mengembangkan
kerangka menjadi eksposisi
Contoh:
-
Biar
bagaimanapun juga otak selalu saja mengalahkan otot.
-
Menurut
teori Darwin manusia berasal dari kera yang berevolusi.
-
Matahari
adalah poros dari perputaran planet-planet yang mengelilinginya
termasuk bumi.
-
Manusia
adalah mahkluk yang paling istimewa dibandingkan dengan
mahkluk-mahkluk lainnya dibumi.
-
Agar
bisa mencapai persentase lulus, maka hal itu bisa diraih dengan giat
belajar.
BAB
IV
PENUTUP
-
Kesimpulan
Dari
materi yang sudah dipaparkan diatas, kami menyimpulkan bahwa materi
ini sangat penting dalam proses pembuatan suatu karangan ilmiah,
seperti pada penalaran induktif dan generalisasi yang membutuhkan
data-data yang sudah diteliti untuk dievaluasi dan menemukan sebuah
kesimpulan. Tanpa hipotesis dan teori juga sangat kita butuhkan,
karena tanpa itu suatu penelitian ilmiah seperti tidak mempunyai arah
dan tujuan. Analogi sebagai pembanding data dan Hubungan kausal
sebagai cara berfikir dalam menentukan kesimpulan dari sebab maupun
akibat, dan Eksposisi membuat karangan ilmiah ataupun penulisan
ilmiah mendapatkan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat,
akurat, dan padat. Jadi, materi ini sangat dibutuhkan dalam proses
penulisan karangan ilmiah dan penulisan ilmiah, dan juga dapat di
implementasikan dikehidupan sehari-hari.
-
Saran
Saran
dari kami adalah dalam proses penulisan harus diperhatikan kembali
gaya penulisannya. Khususnya dari segi penalaran yang mungkin dapat
memperjelas bahkan mempermudah kita dalam menemukan hasil dari suatu
masalah dan mendapatkan kesimpulan yang akurat.
DAFTAR
PUSTAKA
S.R,
Ahmad & Hendri P. 2015. Mudah
Menguasai Bahasa Indonesia.
Cet. 1. Bandung: CV.Yrama Widya.
Keraf,
Gorys. 2003. Argumentasi
dan Narasi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Umar,
Husein. 2005. Riset
SDM Dalam Organisasi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
____________.
2003. Metode
Riset Bisnis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Rahayu,
Minto. 2009. Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi.
Jakarta: PT Grasindo.
Hs,
Widjono. 2007. Bahasa
Indonesia, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi,
Edisi Revisi. Jakarta:
PT Grasindo.