Saat ini kata penderitaan sering kita dengar di berbagai
macam media. Penderitaan yang datang pada manusia adalah sebuah ujian yang
sulit. Seperti baru-baru ini yang kita ketahui, masyarakat ROHINGYA yang diusir
myanmar. Lama mengambang di lautan. Pada 2014 lalu kita sering mendengar
tentang konfil suriah. Kita juga ketahui pada konflik itu banyak manusia yang
tidak bersalah menderita. Berikut cuplikan tulisan dari konflik suriah yang
ditulis di www.voa-islam.com.
Mengapa Dunia Membiarkan
Penderitaan Muslim Suriah?
JAKARTA
(voa-islam.com) - Apakah belum cukup bukti kejahatan rezim Syi’ah Alawiyyin
Bashar al-Assad? Begitu banyak bukti. Ratusan ribu rakyat Suriah tewas dibantai
dengan menggunakan berbagai jenis senjata. Termasuk menggunakan
senjata pemusnah massal (kimia).
Sekjen PBB,
Ban Ki-moon, di markas PBB, New York, menyatakan, sesudah 20 tahun
peristiwa ‘genosida’ (pembantaian massal) di Rwanda, sekarang berulang lagi di
Suriah. Bashar al-Assad menjadi pelakunya dengan dukungan negara-negara yang
berhaluan Syi’ah.
“Bukti-bukti
yang bersifat kualitas dan kuantitas sudah lebih dari cukup.
‘Genosida (pembantaian massal) terhadap penduduk sipil, di pinggiran kota
Damaskus, tanggal 21 Agustus, menunjukan para korban terkena senjata
pmusnah massal (gas sarin) Semua kejahatan yang dilakukan oleh Bashar al-Assad,
berhasil di ferifikasi (dibuktikan) oleh misi PBB, yang bertugas melaukan
penyelidikan di Suriah”, kata para penelitl i dalam laporan PBB .
Suriah menimbun
senjata pemusnah massal (kimia) dalam jumlah besar. Bashar membeli senjata
pemusnah massal dari Rusia. Rusia dan Suriah memiliki hubungan tradisional,
sejak zamannya Presiden Hafez al-Assad, ayah dari Bashar al-Assad.
Rezim Bashar
al-Assad dua kali menggunakan senjata kimia, membantai rakyatnya. Peristiwa itu
berlangsung tahun lalu. Senjata pemusnah massal itu, menjadi bagian dari
kekuatan militer Suriah. Tim penyelidik hak asasi manusia PBB, mengatakan pada
dalam sebuah laporan yang menunjukkan, Bashar al-Assad, melakukan
kejahatan kemanusia dalam bentuk ‘genosida’, ungkap laporan PBB itu.
Tim ahli
independen, yang dipimpin oleh Paulo Pinhiro dari Brazil, mengatakan,
sejauh ini mereka telah mengkonfirmasi, bahwa Suriah menggunakan senjata
pemusnah massal (gas sarin) dalam tiga kali serangan, yaitu di pinggiran
Damaskus al- Ghouta, 21 Agustus , di Khan al- Assal dekat Aleppo, Maret
2013, dan di Saraqeb dekat kota utara Idlib April lalu. Sungguh sangat luar
biasa.
Namun, Tim
Independen PBB, yang dipimpin Paulo Pinhiro itu, mengatakan, bahwa rezim Bashar
al-Assad, sudah lebih dua puluh kali, menggunakan senjata pemusnah massal,
membantai penduduk sipil, yang dicurigai sebagai kantong-kantong Mujahidin
Suriah.
Bashar
al-Assad hanya memiliki satu pilihan menghadapi para pejuang Mujahidin, yaitu
menggunakan senjata pemusnah massal. Penggunaan senjata pemusnah massal
terhadap wilayah pinggiran Damaskus, Ghouta, mengakibatkan ribuan orang tua,
perempuan dan anak-anak tewas.
Seluruh
kehidupan di Suriah hanya ada penderitaan. Berupa perang, orang-orang yang
terkepung, kematian, dan mereka yang menjadi pengungsi. Semua hanya
menuju kehancuran. Rezim Syi’ah Alawiyyin Bashar al-Assad, sengaja
dilanggengkan, dan dibiarkan setiap membantai ratusan rakyatnya. Tanpa henti.
Sekarang
perhatian dunia, tertuju ke Ukraina, dan tidak lagi memperhatikan situasi di
Suriah yang semakin memburuk. Kota Alepo, Hom, dan kamp pengungsi Palestina, di
Yarmouk, menuju kehancuran dan kematian total. Kota-kota yang terkepung itu, terus
dihujani dengan serangan udara dan darat oleh pasukan Bashar al-Assad dengan
menggunakan senjata berat, seperti artileri.
Di mana
masyakat dunia? Di mana dunia Arab? Di mana dunia Islam? Apakah mereka sudah
tidak lagi memiliki hati nurani? Membiarkan rakyat Suriah sendirian menghadapi
kematian demi kematian, tanpa ada uluran tangan dari siapapun.
Orang tua,
perempuan, dan anak-anak setiap hari menjadi mangsa senjata pasukan Bashar
al-Assad, mayat-mayat berserakan, tetap tidak dapat menggugah perasaan. Seakan
mayat-mayat rakyat Suriah yang tergeletak dan berjejer itu, seperti benda tak
berharga. Sehingga, kematian mereka tak memiliki pengaruh apapun, dan bagi
siapapun. Begitu lalim kita melihat kondisi rakyat Muslim di
Suriah. Wallahu’alam.
Suriah. Wallahu’alam.
KESIMPULAN
Saya mengitup sebuah
paragraf dari tulisan diatas, ” Seluruh
kehidupan di Suriah hanya ada penderitaan. Berupa perang, orang-orang yang
terkepung, kematian, dan mereka yang menjadi pengungsi. Semua hanya
menuju kehancuran. Rezim Syi’ah Alawiyyin Bashar al-Assad, sengaja
dilanggengkan, dan dibiarkan setiap membantai ratusan rakyatnya. Tanpa henti.”.
Dari paragraf diatas saya mendapat
pertanyaan, mengapa seorang pemimpin, seorang manusia tega membiarkan rakyatnya
menderita? Mengapa sebuah konflik harus memakan korban dari manusia yang tidak
bersalah?.
Membinasakan atau seperti genosida
dengan senjata massal yang harus terkena kemasyarakat lokal membuat negri
Suriah terus menderita, mengapa rakyat tak bersalah harus yang kena. Perempuan dan
anak2 juga harus merasakan panasnya api peperangan. Cintailah sesama jauhi
perbedaan, jauhi peperangan, PBB harus adil dalam mengambil keputusan, bukan
hanya disuriah tapi juga seluruh dunia.
Sumber
http://www.voa-islam.com/read/world-analysis/2014/03/06/29405/mengapa-dunia-membiarkan-penderitaan-muslim-suriah/#sthash.wEX1EB9f.1LHxtFzS.dpbs
Rendytio
Arifian P.
59414055